Saturday 24 October 2020

# #ngereadkuy #kmc #mentalhealth

review novel A untuk Amanda


Judul : A untuk Amanda
Penulis: Annisa Insani
Penerbit : PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Halaman : 268
ISBN : 978-605-03-261-3

Blurb 
Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan yang kebetulan dia tahu jawabannya. 
Namun tentunya tidak mungkin ada orang lain beruntung setiap saat kan?

Setelah dipikir-pikir sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antidepresan. Amanda tahu masalahnya lebih pelik dari pada yang siap diakuinya.

Ditengah kerumitan dengan pacar,keluarga dan sekolahnya. Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.

Novel kedua Anisa ihsani seketika cukup menakjubkan bahkan melebihi ekspektasi. Anisa Ihsani mampu menyuguhkan cerita yang akan membawa pembaca kepada suasana tokoh. 

Amanda, gadis yang kehidupan terlihat baik-baik saja namun ternyata tidak, Amanda terus membohongi dirinya. Terlebih jika dalam sekolah, saat ia mendapat nilai A Amanda akan mengeluh, termasuk jika nilainya rendah ia juga akan mengeluh tidak terima.

Satu-satunya hal yang berpengaruh adalah apa yang kau pikirkan dengan dirimu sendiri. -halaman 253.

Gadis yang cenderung akan prestasi, hingga mengharuskannya menjalankan terapi dengan dokter psikiater sehingga mengkonsumsi obat antidepresan, setelah kehilangan ayahnya, bahkan ibunda Amanda mengira bahwa ia mengalami trauma dengan kehilangan ayahnya, namun ternyata tidak. Banyak yang membuat dirinya ricuh selain prestasi sehingga Amanda mengalami depresi.

Menurutku banyak kesan yang menakjubkan di cerita ini, berawal diawali prolog dengan dokter Eli, kemudian bahasa yang mengalir. Selain itu tema yang diangkat cukup unik. Gadis depresi dengan serangakain pemikiran gadis depresi bahwasanya sebenarnya dia adalah gadis yang cerdas serta ditambah penulis menyelipkan fenimisme dan agnostik. Namun yang saya suka dari kisah ini, sikap dokter Eli yang belajar menangani Amanda dengan sabar. Bagi pembaca yang tidak memahami mental health mungkin akan sedikit berpikiran lain bahwa tidak semua mental health kurang keimanan, bahwasanya mereka hanya perlu didukung. 
Aku membaca buku ini dari aplikasi ipusnas. Jika kalian ingin membacanya, bisa didapatkan di aplikasi ipusnas.
 
 

No comments:

Post a Comment

Follow Us @riiniekha